Ngomongin selfie emang gak bakal ada abisnya ya, kayaknya ngga sekedar jadi trend tapi jadi semacam “kebutuhan” banyak orang. Tujuannya
macem-macem, mulai dari yang ingin show up/narsis doang, mengabadikan moment spesial,
buat lucu-lucuan doang, dll. Buat saya pribadi, fungsi selfie ya kesemuanya tadi,
ooops.. *bolehkaaan?*
Kalau harus milih foto selfie saya yang paling berkesan, kayaknya ngga banyak deh. Saya lebih sering difotoin atau pake timer, jadi itu masuk ke kategori selfie yang effortless banget kan ya? Hihihi..
Tapiiiiii.. foto dibawah ini beneran di jepret pake tangan sendiri lho walapun latar belakangnya terkesan “enggak banget”, tapi ini justru “sesuatu” buat saya. Banyak cerita yang bisa di share dari foto ini, banyak makna yang dalem banget yang suatu saat semoga anak saya Alfath tahu dengan baca blogpost ini.
Kalau harus milih foto selfie saya yang paling berkesan, kayaknya ngga banyak deh. Saya lebih sering difotoin atau pake timer, jadi itu masuk ke kategori selfie yang effortless banget kan ya? Hihihi..
Tapiiiiii.. foto dibawah ini beneran di jepret pake tangan sendiri lho walapun latar belakangnya terkesan “enggak banget”, tapi ini justru “sesuatu” buat saya. Banyak cerita yang bisa di share dari foto ini, banyak makna yang dalem banget yang suatu saat semoga anak saya Alfath tahu dengan baca blogpost ini.
Tetep narsis! Semakin berantakan, semakin rumah ini "bernyawa". |
Selfie dengan latar belakang ruang tamu yang berantakan. Masih ada "peninggalan" acara tasyakur milad (ultah)nya Alfath kemarin-kemarin dan bekas mainnya Alfath tadi pagi, what a mess..!!!.
Berantakan pake banget udah mirip kapal pecah yang hampir tenggelam karena
kebanyakan barang yang entah harus di simpen dimana lagi. Dan setiap kali di
beresin, ngga lebih dari tiga jam kondisinya akan kembali berantakan dan bahkan
kadang lebih parah lagi. Dalam sehari, saya seperti mengalami beberapa kali dejavu.
"Tersangka" utama terjadi kesemrawutan ini adalaaaah.. siapa
lagi kalau bukan Alfath!!. Dia lah pelakunya hingga ruang tamu yang (tadinya)
rapi berubah jadi “lukisan abstrak”. Dari mulai mainan yang
terbang kesana kemari, buku-buku yang diberantakin, foto-foto yang dia tarik
satu-satu sampe bikin tatanannya jadi ngga jelas. Wuaaaaaaaa…. Alfaaaaaath..
geregeeeet minta ampun lihat rumah porak poranda karena dia.
Stres kah saya? Sangaaat!. Sampai saya pernah beberapa kali melipir
ke kamar dan nangis diam-diam gara-gara itu. Rasanya capek dari kepala sampai kaki, rasanya
ingin “kabur” entah kemana dan kemudian me time, rasanya pengen teriak ke suami
kalau saya perlu bantuan PRT (Pembantu Rumah Tangga), dan “rasanya-rasanya”
lain yang berkecamuk. Huuuft..
Sampai tiba-tiba.. saya "tertampar" oleh satu status di
beranda Facebook, saya tersadarkan bahwa ruang tamu dan rumah yang berantakan ini lah yang JUSTRU jadi
simbol kebahagiaan saya saat ini.
Kemudian saya membayangkan seandainya ruang tamu itu tetap rapi, berarti
tidak ada anak saya yang main-main disana dan berantakan mainannya. Saya membayangkan seandainya
foto-foto itu tetap berjejer seperti seharusnya, berarti tidak ada anak saya
yang semangat belajar berdiri demi meraih foto-foto itu. Seandainya koleksi buku
saya tetap berada di raknya, berarti tidak ada anak saya yang mulai tertarik
dengan buku walau baru sebatas membuka halaman demi halaman dan kemudian
tertawa sambil menatap saya (moment sangat sangat membahagiakan) yang menandakan ada gambar/warna yang dia suka di
buku itu. Kalau seandainya ruang tamu itu tetap rapi, hanya akan ada saya, yang duduk kebosanan di depan TV atau laptop sambil menunggu suami saya pulang. Kalau
seandainya ruang tamu itu rapi, hanya akan ada saya tanpa tawa dan pelukan dari
si mungil, hanya akan ada saya tanpa peran sebagai seorang Ibu dengan
jutaan tugas mulia yang di emban, dan yang pasti hanya akan ada saya yang kesepian.
Semua keribetan dan kekacauan itu, seketika menjadi hal yang sangat saya syukuri.
Saya kembali membanjiri tissue dengan air mata, namun kali ini
adalah air mata penuh sesal. Saya menyesal berlari meninggalkan ruang tamu & anak saya. Ketika saya kembali kesana, saya melihat dia masih asyik bermain dengan bola-bolanya. "Ah, Alfaaaath.. anak Mamaa.. sini Mama peluk kamu Nak".
Langsung saya angkat Alfath, saya peluk dan ciumi. Dengan mata
berair saya bilang ke Alfath untuk tetap berantakin isi rumah, tetaplah
belajar apapun yang dia ingin pelajari, latihlah terus motorik halus dan
kasarnya dengan media yang ada di dalam rumah. Semua yang telah saya dan suami
kumpulkan dari semenjak menikah, barang-barang sekecil apapun, adalah milik
anak kami juga. Dia bebas menyentuh dan kemudian bermain, dan saya.. saya akan
menjadi pelindungnya dari barang-barang yang sekiranya akan membahayakan dia.
Biarlah saya kecape'an, biarlah saya menikmati semua
“kekacauan” ini sendirian tanpa bantuan dari ART, biarlah saya membereskan lagi
dan lagi apa yang di berantakin Alfath. Karena suatu saat, hal inilah yang
akan saya rindukan. Suatu saat, mungkin saya yang akan meminta-minta anak saya
untuk stay dirumah, menemani saya, dan ngelakuin apa saja yang pada akhirnya akan
membuat saya berguna sebagai Ibunya. Dengan itu saya akan bahagia.
Saya sadar, kelak mungkin saya akan kembali menikmati hari-hari berdua saja dengan sahabat paling cerdas yang pernah saya temui, dan Suami saya lah yang merupakan Smartfren paling baik tiada tara itu (menurut saya ya, hehe).
Saya sadar, kelak mungkin saya akan kembali menikmati hari-hari berdua saja dengan sahabat paling cerdas yang pernah saya temui, dan Suami saya lah yang merupakan Smartfren paling baik tiada tara itu (menurut saya ya, hehe).
Makna dari foto ini adalah, terkadang apa yang terlihat kacau di mata kita, justru merupakan sumber kebahagiaan yang tidak kita sadari, kebahagiaan yang tidak terlihat karena kurangnya rasa syukur.
Terima kasih untuk Safina “Nana” yang telah membuat kamarnya
berantakan, dan selalu menjadi “nyawa” untuk rumahnya. "Terimakasih Nana sayang,
terus jadi inspirasi tante cantik ini ya, Na. Haha".
Terima kasih juga untu emak gaoel dan Smartfren yang telah mengadakan GA ini, menang ataupun tidak, saya bahagia karena telah membuat tulisan ini.